Sabtu, 22 Januari 2011

Pikiran

0 komentar

Pikiran-pikiran negatif liar, menggerogoti dirimu bagaikan ngengat kematian.

Sekali hantu-hantu tak kelihatan dan mematikan itu kau biarkan dan hidup didalammu,

Mempengaruhi dirimu maka habislah dirimu.

Semua impian, masa depan luluh lantak dan menjadi abu.

Musuh terbesar adalah pikiranmu, Jadi kuasailah dia, dan pasanglah kekang atasnya.

Jumat, 21 Januari 2011

Dan yang terbesar diantaranya adalah kasih

0 komentar
Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih. Dan yang paling besar diantaranya ialah KASIH. Korintus 13:13
Kematangan spiritual tidak diukur dengan seberapa lama dirimu menjadi seorang Kristen, seberapa banyak yang kau ketahui,
seberapa sering dirimu pergi ke gereja. Kematangan spiritual diukur oleh bagaimana dirimu memperlakukan orang lain. Ini diukur oleh cinta yang bekerja dalam dirimu dan melalui dirimu.
Dalam Korintus 1:13 memberikan gambaran seperti apa cinta itu sesungghnya. Ketika kita mempraktekkan cinta, kita memperlakukan orang lain dengan penghargaan dan juga dengan sopan.
Dengan kata lain, bagaimanakah dirimu bereaksi terhadap kasir yang bekerja sangat lambat ketika melayani? Atau ketika dalam antrian bank, dengan dua kasir dan keduanya bukannya bekerja malah mengobrol? Apakah dirimu sabar terhadap keluarga dan teman-teman kerjamu? Semua ini adalah karakteristik dari cinta. Alkitab mengajarkan kita bahwa kasih itu sabar, murah hati, tidak memegahkan diri, tidak kasar, tidak mudah marah, tidak menyimpan kesalahan orang lain. Kasih tidak pernah gagal
Ingatlh bahwa karakteristik ini tidak ada hubungannya dengan perasaan. Kasih adalah pilihan. Dirimu dapat memilih untuk tetap mengasihi orang lain meskipun tidak menyukainya! Hari ini carilah cara-cara untuk menemukan hal-hal terbesar dalam hidup dirimu yaitu – KASIH. Biarkanlah kasih tumbuh dalam dirimu, karena kasih merupakan tanda dari kedewasaan rohani dan membuka pintu bagi TUHAN untuk beroperasi dalam dirimu dan melalui dirimu.
Doa :
Bapa di surga, terima kasih karena sudah berjalan dalam hidup saya. Terima kasih karena sudah mencintai saya sehingga saya bisa menunjukkan cinta kepada orang lain. Biarkan saya dekat denganmu dan bantu saya untuk menjadi alat kasih dimanapun saya berada dan saya menuju. Dalam nama Yesus, Amin. @Today Word, JEM


MENDIDIK

0 komentar
Jika kau dididik dengan pukulan, maka didiklah anakmu dengan kata-kata yang lemah lembut.
Jika kau dididik dengan kasih yang dipilah-pilah, maka belaJarlah untuk memberikan kasih yang adil.
Jika kau dididik dengan konsep harus sempurna, maka bantulah anakmu untuk mencari yg terbaik dari dirinya dan berikan dorongan untuk mengembangkannya.
Jika kau dididik dgn konsep anak yang baik harus mengkuti keinginanan orang tua, maka belaJarlah untuk mendidik anakmu untuk bisa membuat keputusan yang baik untuk dirinya.
Jika kau dididik bahwa uang,harga diri, martabat adalah segalanya maka didiklah anakmu bahwa diatas semuanya itu yang terpenting adalah berbagi, memberi dan juga kasih.
Memang tidak mudah tapi setidaknya berusahalah untuk melakukanya hari demi hari sebaik mungkin, hingga mendarah daging..



Terkadang kegagalan selalu menjadi kesalahan anak sepenuhnya. Bagaimana dengan orang tua...sudahkah mereka menanamkan nilai-nilai yang benar?. Perlakuan satu anak dengan anak yang lain bisa sangat berbeda. Kebiasaan membanding-bandingkan membuat anak kehilangan Jati diri dan tak pernah menjadi dirinya sendiri.
Yang pada akhirnya berusaha setengah mau mampus membenahi diri, melawan nilai-nilai negatif yang sudah ditanamkan sejak kecil. Jari-jari tangan saya masih bisa merasakan sakitnya mistar kayu ketika berusia seperti anak saya, ketika mengaari anak saya membaca. Apakah anak saya juga harus merasakan sakit itu?
Masih ingat dalam ingatan saya kaki yang Luka, dilempar kayu karena memberontak karena merasa tidak memberikan waktu untuk istirahat. Masih dengan pakaian sekolah sudah diminta untuk mencuci pakaian kotor sendiri. Saya waktu itu hanya minta waktu untuk makan dan beristirahat sedikit.
Orang Tua memang dilahirkan lebih dahulu dari sang anak, tetapi apakah mereka selalu benar? Tuhankah mereka?
Ada orang tua yang memang belajar dari kehidupannya, biJak dan welas asih dalam mendidik anak. Tidak sedikit juga yang bisa melakukannya.
Anak yang dididik dengan kasar cenderung menJadi pribadi yang kasar.
Anak yang dididik dengan ketidksabaran akan cenderung menJadi selalu tergesa-gesa.
Saya cenderung kasar, tidak sabaran, emosional, tapi apakah anak saya juga harus menjadi pribadi yang cenderung kasar, tidak sabaran dan Juga emosional?
Sumpah saat ini saya setengah mau mampus merubah diri saya. Seperti apa pribadi saya terbentuk setelah dibentuk oleh hidup saya inilah saya.
Karena saya tidak bisa memilih ditengah orangtua mana saya dilahirkan.
saya cuma punya dua pilihan :" Berubah, menjadi pribadi yang lebih baik? atau "Selamanya menjadi pribadi yang cenderung kasar, tidak sabaran, emosional." selamanya, menginvestasikannya hingga turunan saya
Sesuatu yang diturunkan itu akan sepertii virus, yang senantiasa mempertahankan diri, bermutasi menJadi virus yang lebih baik atau malah sebaliknya menJadi Virus yang lebih Jahat dari neraka jahanam.


Minggu, 16 Januari 2011

Apakah Allah Ada?

0 komentar

“Katakan kepada saya,” kata seorang ateis.
“Apakah Allah itu sungguh-sungguh ada?”
Jawab sang guru, “Jika kamu menginginkan saya sungguh-sungguh jujur saya tidak akan menjawab.”
Para murid penasaran mengapa  ia tidak menjawab?
“Karena pertanyaannya tidak dapat dijawab, “ kata sang guru.
“Jadi guru juga ateis?”
“Tentu saja tidak. Orang ateis membuat kesalahan karena menyangkal kenyataan yang tidak mungkin djelaskan.”
Setelah diam sejenak, ia menambahkan :
“Dan orang teis membuat kesalahan karena mencoba menjelaskannya.”

Cerita diatas pernah saya baca dan jadi catatan dalam diari saya tertanggal 23 April 2002.

Cerita yang singkat dan dalam artinya. Berkesan sangat buat saya. Kesalahan yang terjadi di muka bumi ini adalah kesalahan orang teis. Yakni, mencoba menjelaskan apakah Allah itu ada? Dan satu lagi pertanyaan, di rumah agama manakah Allah tinggalJ. Pentingkah semua penjelasan yang hanya bertujuan untuk membenarkan kebenaran yang sebenar-benarnya dari satu agama tertentu. Usaha menjelaskan yang tidak jarang berakhir pada cacian, hujatan dan terbesar perang agama.

Tak perlu menghujat, tak perlu merasa paling benar. Yang saya tahu saya percaya Tuhan, saya belajar untuk mengimaninya dan mempraktekkannya dalam hidup. Agama yang saya anut, menjadi media buat saya untuk menemukan kebenaran, kebaikan dalam hidup, kedamaian, dan janji setia.

Ketika dalam perjalanan hidup saya, saya menemukan bahwa agama yang saya anut adalah agama yang paling benar. Cukup saya sajalah yang tahu, dan saling menguatkan dengan saudara yang seiman dengan saya, dengan tujuan untuk memperkaya dalam kekayaan Allah.

Berusaha menjelaskan kebenaran dan meyakinkan sesama yang  tak seiman, seperti membuang garam ke laut.  Melelahkan, menyedihkan, menyakitkan hati.
Biarlah kebenaran yang telah kita dapatkan terus tumbuh dalam hati kita. Mengimaninya, terus memupuknya, menindaklanjutinya dalam perbuatan hingga berbuahkan kebaikan, kedamaian dan juga cinta kasih.

Dalam ada yang tiada, dalam terang yang samar, dalam gelap yang kelabu, dalam ruang tak berbatas, dalam waktu  tak terentang, dalam rupa yang cantik, dalam rupa yang buruk, dalam tubuh yang sehat, tubuh yang sakit, dalam kebersamaan, dalam jarak,  dalam koordinat 0,0, dalam penjelasan yang tak lagi jelas maknanya, “Allah ada.”

Bagaimanakah menjelaskannya bahwa Allah ada....? owh tidak saya mulai membuat kesalahan seorang teis....:).

Tapi sungguh Allah ada....”Allah ada dan hanya sejauh doa.” 

Monday

0 komentar
Dunia ini adalah dunia yang penuh dengan keanekaragaman. Wajah yang berbeda. Agama yang berbeda. Suara yang berbeda. Iman yang berbeda. Warna berbeda. Fakultas berbeda. Rasa dan temperamen juga berbeda. Tapi satu hal yang sama dari semua. Semua orang menginginkan kebahagiaan yang kekal. Pengetahuan yang tak terbatas, keabadian, kebebasan dan kemerdekaan.
Semuanya itu hanya dapat diperoleh dengan ===> "Pengetahuan akan diri sendiri."

Doa Seorang Ayah Untuk Anaknya

0 komentar
Tuhanku, binalah anak hamba untuk menjadi seseorang yang cukup kuat untuk mengakui kelemahannya, cukup berani untuk mengakui ketakutannya, bangga dan tabah serta jujur dalam mengakui kekalahan, rendah hati dan lemah lembut dalam kemenangan.

Binalah anak hamba menjadi seseorang yang mampu mewujudkan cita-citanya dan tidak hanya tenggelam dalam angan-angannya saja; seorang anak yang sadar bahwa mengenal Engkau dan mengenal dirinya sendiri adalah landasan segala pengetahuan.

Kumohon kepadaMu, janganlah pimpin dia di jalan yang mudah dan enak, namun berilah dia kesempatan untuk mengalami tekanan dan cobaan di jalan yang penuh kesulitan dan tantangan. Berilah dia kesempatan belajar untuk tetap tegak dalam prahara, dan welas asih kepada yang mengalami kegagalan.

Binalah anak hamba untuk berhati tulus, dan bercita-cita tinggi; seorang anak yang mampu memimpin dirinya sendiri sebelum mempunyai kesempatan untuk memimpin orang lain, seorang anak yang memahami arti tawa ceria tanpa melupakan arti tangis duka, seorang anak yang mampu memandang jauh ke masa depan namun tidak melupakan masa yang telah silam.

Dan bila semua ini telah menjadi miliknya, aku mohon kepadaMu, tambahkanlah secercah kejenakaan supaya dia dapat bersungguh-sungguh dan juga dapat menikmati hidupnya.

Anugerahilah dia kerendahan hati dan kesederhanaan yang merupakan dasar keagungan yang sejati, kesediaan untuk menerima kenyataan yang merupakan dasar kearifan yang sejati dan kelembutan yang merupakan dasar dari kekuatan yang sejati.

Dan akhirnya, jika semua itu telah terwujud, hamba, ayahnya, akan memberanikan diri untuk berbisik, "hidup hamba tidaklah sia-sia.”

(Doa ini adalah bagian dari warisan spiritual Jendral Douglas MacArthur bagi anaknya. Ia menulis doa itu pada hari-hari pertama Perang Pasifik yang sangat berat baginya)

Sabtu, 15 Januari 2011

SIMBOL

0 komentar
Sang guru menyatakan bahwa dunia yang dilihat oleh kebanyakn orang, bukanlah dunia kenyataan. Melainkan dunia yang diciptakan oleh pikiran mereka.

Ketika seorang ahli datang dan berdebat soal itu, sang guru meletakkan dua batang korek api di atas lantai, dalam bentuk huruf "T" dan bertanya, "Apa yang kamu lihat disini?"

"Huruf T" jawab ahli itu.
"Persis seperti yang saya pikirkan," kata sang guru.
"Tak ada huruf T, itu hanyalah sebuah simbol di kepalamu. Apa yang kamu lihat disini adalah dua potong kayu berbentuk batang."

Kesalahan

0 komentar
Kepada seseorang yang takut membuat kesalahn, sang guru berkata :
"Mereka yang tidak membuat satu kesalahanpun justru membuat kesalahan paling besar.
Mereka tidak mencoba sesuatu yang baru."

Jumat, 14 Januari 2011

Perubahan

0 komentar
Perubahan adalah sebuah proses. bnyak orang ingin berubah, tapi tak ingin tinggal dalam proses menunggu. kebenarannya menunggu juga adalah pemberian dan kita akan menunggu.
Pertanyaanya > apakah kita menunggu di jalan yang benar atau yg salah?
Jika kita menunggu di jalan yang salah, maka kesusahanlah yang kita tuai.
Tapi, jika kita memutuskan untuk menunggu di jalan Tuhan, 
kita akan menjadi sabar dan juga menikmati penantian itu.
Semua ini membutuhkan latihan, dan tidak mudah untuk berubah jika kita melihat dari sudut pandang kita sebagai manusia.
Namun ketika kita membiarkan Tuhan untuk membantu kita dalam setiap situasi hidup kita, kita membangun kesabaran yang adalah buah dari roh.  

Kamis, 13 Januari 2011

Imajinasi

0 komentar
Ketika pikiran dibiarkan bebas terbang dan liar,
dengan pemikiran yang penuh dengan imajinasi, pandangan 
terhadap hidup dan juga dunia akan terlihat berbeda.
Biarkan setiap anak bermimpi, jangan berikan batasan pada pemikiran-pemikiran 
mereka, menulis, menemukan, menguasai atau berkonsep.
Ketika imajinasi anak terus didorong, dan terus berkembang,
maka akan menghasilkan kreatifitas. 

DAHULU KEGELAPAN SEKARANG TERANG

0 komentar

Terkadang masih ada banyak pertanyaan yang tak terjawab, mengapa semua itu harus terjadi padaku...? Mengapa dahulu dia mencampakanku dan membuat semua cita-cita dan mimpiku menjadi lebur bersama puing kehancuran?
Seandainya saja, aku tidak mengambil keputusan ini dahulu mungkin saat ini kehidupan aku tidak seperti ini. Mengapa aku tak bisa seperti dia....? Mengapa dia bisa begitu tenang menghadapi sementara aku tidak...? Mengapa dia tega melakukan itu semua...?
Hidup dalam semua pertanyaan itu membuat aku, dipenuhi kebencian, dendam, iri hati, congkak, kebohongan. Dan apa yang aku dapatkan..?
Damaikah hati ini...? Tidak....!
Tenangkah hati ini...? Tidak....!
Sunyikah hati ini....? Tidak....!
Lalu apa....? Neraka.....! Kemarahan selalu menguasaiku, marah akan orang-orang yang sudah membuat hidupku seperti ini, mereka yang sudah mengkhianatiku, mereka yang sudah mencampakanku, mereka yang sudah memanfaatkanku...Setiap kali aku dikecewakan karena sesuatu berjalan tidak sesuai kehendakku, perih itu seperti belati, menusukku hingga berdarah-darah, perih yang sama rasanya seperti ketika aku dicampakkan dahulu.

Aku sudah berdoa dan memohon, tapi dimana Tuhan? Hatiku masih hampa. Aku haus akan kedamaian hati, ketenangan jiwa. Tuhan dimana? Aku bahkan tak dapat merasakannya.
Aku masih hidup dalam dosa. Bahkan dalam dosa pun aku terus mencarinya, terus dan terus. Aku terus bertanya kepada suami, sahabat, teman-teman, buku-buku dan khotbah-khotbah yang aku baca.
Entah sejak kapan aku disembuhkan. Ketika aku dikecewakan, perih itu memang masih ada, namun tak berdarah-darah lagi. Sulit bagiku untuk menjelaskannya, namun yang pasti semua tak lagi sama.
Dalam perjalanku aku belajar, untuk melihat masa laluku bukan dari cara mataku melihat namun dari cara Tuhan melihat.
Aku belajar untuk mengganti “mengutuk dengan memberkati”
Aku belajar untuk mengganti “mengeluh dengan bersyukur”
Aku belajar untuk mengganti “kemarahan dengan memaafkan”
Aku belajar untuk mengganti “prasangka dengan kepercayaan”
Aku belajar untuk lebih berfokus pada diriku sendiri, daripada segala masalah diluar hidupku.
Aku belajar untuk menanggalkan semua masa laluku, dengan terlebih dahulu memaafkan diriku sepenuhnya sebelum kudapat memaafkan mereka semua. Hidup dalam rasa kasihan terhadap diri sendiri dan juga rasa bersalah sangatlah tidak enak. Maka aku putuskan untuk percaya bahwa “Aku sudah dimaafkan dan sudah dipulihkan dan aku ingin BERTOBAT.”
Aku memenuhi hidupku, sekelilingku dengan puji-pujian.
Semampuku aku luangkan waktuku untuk bersaat teduh, teduh dalam terang FirmanNya, teduh dalam peneguhan, penguatan dan pemulihan.
Dengan iman yang kecil, aku ingin terus maju menghadapi hidupku. “Memang dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya akan berbuahkan kebaikan dan keadilan dan kebenaran.” Efesus 5 :8-10.
Ketika aku memutuskan untuk meninggalkan semua masa laluku, memaafkannya, aku dipulihkan dan dijadikan baru dalam Tuhan.
Tidak mudah memang untuk mengikuti jalanMu Tuhan, akan ada banyak tantangan yang akan aku lalui. Namun, aku tidak takut karena:
Aku percaya bahwa Engkau Tuhan, tak akan pernah meninggalkan aku bergumul sendiri.
Aku percaya bahwa Engkau Tuhan, akan selalu memimpin dan membukakan jalan untukku.
Aku merasa lebih nyaman saat ini, lebih damai, lebih santai jalani hidup, lebih tenang dan sedetikpun tak ingin ku beranjak dari kehidupan baruku. Semakin aku dikuatkan oleh lagu ini :
Satu hal yang kurindu, berdiam di dalam rumahMu
Satu hal yang kupinta, menikmati baikMu Tuhan
Lebih baik satu hari di pelataranMu, daripada seribu hari ditempat lain.
memujiMu, menyembahMu, Kau Allah yang hidup dan menikmati semua kemurahanMU.
Tuhan, terima kasih untuk penyertaanMu setiap saat. Penyertaan yang Engkau berikan lewat tangan-tangan sesamaku. Suami yang terus mendukung, Ipar yang terus menguatkanku dalam belajar dan mempercayai firmanMu, sahabat-sahabat dalam Kristus, dan juga keluargaku. Ajar aku Tuhan, untuk jeli melihat kehadiranMu, untuk bersyukur atas setiap berkat yang kau limpahkan, dan juga membagi kasih kepada sesamaku. Hanya dalam Engkau saja Tuhan aku dapat melakukan kasih. Amin.