Rabu, 07 Maret 2012

Tuhan Memberkati

0 komentar
Ada kesedihan terlintas,
Ada rasa sakit hati yang menerpa,
Ada kebencian yang menyusup,
Ada penyesalan mendalam,
Jika saja kata “seandainya” bisa membuat jiwa merasa lebih baik...
Dan ternyata tidak, "seandainya" tidak akan mengubah apapun.
Kebesaran hati, keberanian untuk melepaskanlah..
Kesediaan untuk memberilah..
Sebuah tarikan nafas, mengiringi beban yang terlepas..
Akhirnya hanya bisa memberkatimu dengan semua kelakuanmu
Kembalilah ke jalan yang baik, dan berikan kami contoh yang sudah sangat layak dan pantas kami dapatkan.
Semoga Tuhan memberkati.

PAKU-PAKU PADA TIANG

1 komentar
PAKU-PAKU PADA TIANG

Dalam cerita yang keras dari seorang pembaca di sekolah pada era Perang Saudara, kita melihat suatu jeni pelajaran lain yang diberikan di lingkungan rumah. Dalam cerita ini dikisahkan tentang seorang ayah yang memberikan pelajaran moral yang keras tetapi dengan cara yang mengasihi pada anak laki-lakinya.

Pada suatu waktu ada seorang petani yang mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama John. Anak muda ini sangat mudah untuk bersikap tergesa-gesa dan ceroboh dalam mengerjakan segala sesuatu yang diperintahkan kepadanya.

Pada suatu hari, ayahnya berkata padanya, “John, kamu begitu ceroboh dan pelupa, karena itu setiap kali kamu melakukan kekeliruan, aku akan menancapkan sebuah paku pada tiang ini untuk mengingatkan kamu seberapa sering kamu bersikap nakal. Dan setiap kali kamu melakukan tugasmu dengan benar, aku akan mencabut satu paku dari tiang itu.” Ayahnya melakukan tepat seperti yang dikatakannya, dan setiap hari dia menancapkan satu paku dan kadang-kadang banyak sekali paku, tetapi jarang sekali mencabut paku.

Pada akhirnya John melihat bahwa tiang itu sudah hampir tertutup oleh paku dan dia mulai merasa malu dengan kesalahannya yang begitu banyak. Dia memutuskan untuk menjadi anak yang baik, dan hari berikutnya dia bersikap begitu manis dan rajin sehingga beberapa buah paku dicabut. Hari berikutnya lagi hal yang sama terjadi, dan seterusnya dan seterusnya sampai lama, sampai akhirnya hanya sebuah paku masih menancap disana. Ayahnya kemudian memanggilnya, dan berkata, “Lihat John, ini adalah paku terakhir dan sekarang aku akan mencabutnya. Apakah kamu tidak senang melihatnya?”

John memandang tiang itu, dan kemudian, bukannya mengungkapkan kegembiraannya, seperti yang diharapkan oleh ayahnya, dia menagis tersedu-sedu. “Ada apa,”tanya ayahnya, “mengapa kamu menagis? Aku pikir kamu akan bersukacita karena semua paku sudah tidak ada lagi.”

“Memang, “ kata John dengan sedu sedan didadanya, “memang semua paku sudah tidak kelihatan lagi, tetapi bekas-bekasnya masih ada disana.”

Jadi begitulah, anak-anak yang baik, dengan kesalahan-kesalahan dan kebiasaan-kebiasaan buruk kalian, kalian mungkin bisa mengatasinya, kalian mungkin bisa menyembuhkannya secara besar-besaran, tetapi bekas-bekas lukanya masih saja kelihatan. Jadi, terimalah nasihatku, dan kapan saja kalian menyadari bahwa kalian melakukan sesuatu yang salah, atau melakukan sesuatu yang buruk, berhentilah segera. Karena setiap kalian menyerah dan melakukannya, berarti kalian menancapkan sebuah paku lain, dan hal itu akan menginggalkan bekas luka pada jiwa kalian, bahkan meskipun setelah pakunya dicabut kemudian.

M.F. Cowdery