Rabu, 24 Juni 2015

Bukan Kerikil

0 komentar
Di Pulau Channel di Jersey, di bukit yang menghadap ke dermaga, kutemukan sebuah bangku yang sudah usang dan berlumut.
Satu abad yang lalu, ketika Victor Hugo sedang dikucilkan, sakit, dianiaya oleh Perancis yang dicintainya, dia mendaki bukit ini setiap sore dan, sambil menatap matahari terbenam, melakukan meditasi dengan khusyuk.
Di akhir meditasinya, dia bangkit dan, sambil memilih kerikil dengan ukuran beragam-kadang kecil, di saat lain yang lebih besar-dilontarkannya kerikil ke hamparan air dibawahnya.
Perbuatannya tidak luput dari perhatian sekelompok anak yang sedang bermain di dekat situ.
Pada suatu senja, seorang anak perempuan, yang lebih berani daripada anak lainnya, bergerak maju.
“Monsieur Hugo, mengapa Anda kemari dan melemparkan batu kerikil?”
Sang penulis ulung itu terdiam, kemudian tersenyum getir.
“Bukan kerikil, Nak. Aku melemparkan rasa iba kepada diri sendiri ke laut.”
A. J. CRONIN