Senin, 27 Juni 2011

BAU


 
Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di matamu tidak engkau ketahui?
Matius 7:3

Sore itu pulang dari kantor, karena harus cepat-cepat sampai ke rumah, saya naik taksi. Biasanya saya naik bus. Begitu masuk ke dalam taksi, saya mencium bau tidak enak. “Joroknya sopir taksi ini,” begitu pikir saya. Sepanjang jalan,saya menutup hidung dengan sapu tangan. Turun dari taksi, ketika hendak menaikkan tas ransel saya, tahu-tahu tangan saya menyentuh sesuatu. Ada kotoran burung yang menempel disana. Rupanya itulah sumber bau yang mengganggu saya. Saya menyesal telah menuduh sopir taksi itu, padahal masalahnya ada pada saya.

Salah satu tema yang diangkat oleh Tuhan Yesus dalam Khotbah di Bukit adalah tentang menghakimi terhadap sesama. Intinya, kita jangan hanya jeli melihat keburukan orang lain, tetapi abai terhadap keburukan diri sendiri yang mungkin malah lebih besar. Tuhan Yesus memakai kiasan selumbar dan balok. Selumbar berasal dari kata Yunani, karfos, yang artinya menjadi kering. Kata ini menggambarkan sesuatu yang sangat kecil; bisa ranting kecil, serpihan jerami kecil, atau sekedar sehelai rambut yang tidak sengaja masuk ke mata. Kontras dengan dengan balok.

Ketika ketidaknyamanan atau ketidakberesan terjadi dalam hidup kita, jangan buru-buru menyalahkan orang lain, menuduhnya sebagai pihak yang bertanggung jawab atau biang keladi. Sebaiknya introspeksi diri dulu, melihat ke dalam diri sendiri. Atau, sekurang-kurangnya kita ikut andil. Seperti bau tidak enak yang saya cium di dalam taksi, ternyata sumbernya kotoran burung yang menempel di tas ransel saya.

Sumber : Renungan Harian Tahunan

0 komentar:

Posting Komentar