Selasa, 21 Juni 2011

PATUNG

Pada suatu malam hari di musim salju yang dingin seorang pertapa mencari sebuah tempat berteduh di sebuah kuil. Orang lelaki yang malang itu berdiri menggigil di tempat di mana serpih-serpih salju berjatuhan terus-menerus.
Maka Imam penjaga kuil itupun berpikir bahwa orang ini mesti dipersilakan masuk, katanya, “Baiklah, Anda dapat tinggal di tempat ini, tetapi hanya satu malam. Tempat ini adalah kuil, dan bukan penginapan. Besok pagi Anda sudah harus pergi dari sini.”

Pada malam hari yang pekat itu, Imam mendengar suara aneh yang menggertak. Ia bergegas menuju kuil dan melihat pemandangan yang sungguh tidak masuk akal. Orang asing tadi menghangatkan dirinya dengan perapian yang dibuatnya di dalam kuil. Sebuah patung Budha yang terbuat dari kayu hilang. Imam itupun bertanya, “Dimana patung itu?”

Orang yang tersesat itu pun menunjuk ke perapian, dan berkata, “Saya berpikir keadaan dingin ini bisa membuat saya mati.”

Imam itupun berteriak, “Apakah Anda tidak punya otak? Apakah Anda tahu apa yang telah Anda buat? Itu kan patung sang Budha, Anda telah membakar patung Sang Budha!”

Api pun sedikit demi sedikit mulai mengecil. Pertapa itu mulai mencongkel-congkelnya dngan tongkatnya.

“Apa yang Anda buat sekarang?” tanya imam itu.

“Saya sedang mencari tulang-tulang Budha yang Anda katakan telah saya bakar.”

Kemudian Imam itu melaporkan kepada seorang Guru Zen yang mengatakan, “Kamu semestinya pantas disebut Imam yang jelek, sebab kamu lebih menghargai sebuah patung Budha yang mati, daripada seorang manusia yang hidup.”

0 komentar:

Posting Komentar