Kamis, 08 September 2011

JANGAN BIARKAN BAHTERA ITU KARAM

Masihkahkah lampu itu bercahaya, dan roda itu tetap berputar. Masihkah  matahari itu tetap akan terbit esok pagi dan bulan serta bintang itu muncul pada malam gelap.? Masihkah kita tetap berharap akan turunnya hujan untuk menyapu kemarau ini dan memberikan kesegaran bagi tanah kering dan tanaman yang hampir layu?  Dan masihkah kami harus tetap bertahan saat kami sudah berdiri di “rel” yang berbeda yang tidak mungkin ada pertemuan?

Inilah “sekepingan” keluhan yang bernada keputusasaan dari sepasang suami isteri yang keluarganya dilanda prahara. Mereka bagai mengayuh bahtera itu di tengah gelora ombak dan kepungan badai samudera. Mereka seperti kehilangan arah bagaimana harus membawa “perahu” yang retak itu sampai pada tujuan; kesatuan kekal,  kegembiraan abagi dan sehidup semati, sebagaimana mereka telah janjikan saat menikah 13 tahun yang lalu. Mereka telah mencatat bahwa “perahu” itu telah sarat dan bahkan hampir  tenggelam karena penuh dengan muatan; keegoisan, menang sendiri, curiga, cemburu buta, salah paham, salah pengertian,  cuek, tidak mau bertanya,  kasar, negatif thinking, pesimis, gampang tersinggung.

Saat hening berteman sepi, aku ambil tiga lembar kertas kosong,  satu untuk suami, satu untuk isteri dan satu untuk saya. Untuk mereka saya sudah beri dua pertanyaan;  sebagai suami dan isteri apakah kamu masih melihat hal positif dalam diri pasanganmu? Dan jika ada coba tuliskan.  Dari jawaban mereka saya temukan beberapa yang menjadi mutiara indah dan kekuatan dahsyat yang mampu “menambal” bahtera yang retak itu yakni mereka masih cinta satu sama lain, cinta anak-anak.

Kemudian aku paparkan pesan dari kertasku sendiri, “Jangan terlalu fokus dengan hal negatif tetapi seriuslah berpikir dengan hal yang positif yang sungguh membangun. Atau dengan bahasa sederhana, jadikanlah problem itu menjadi kekuatan untuk memurnikan cinta dan kasih itu.  Kedua jangan juga terlalu dan terkuras waktu dan pemikiran untuk melihat sisi negatif dari pasanganmu tetapi carilah sesuatu yang positif yang bisa membuang rasa dan pikiran negatif itu karena banyak terjadi bahwa  masalah terbesar bukan karena sesuatu yang jelek atau buruk dalam diri pasangan tetapi terlebih sikap yang  terpatri dalam diri sendiri  yang hanya melihat sisi negatif. Atau dengan bahasa khiasan, lembaran hitam itu pasti ada juga titik putih di dalamnya.
    
Karena itu, saya tidak meminta anda untuk menghindari badai itu dan juga tidak mengharapkan anda  untuk menyesali  kalau “perahu” itu telah berada di tengah samudera yang berkecamuk. Aku meminta anda, buanglah muatan yang tidak baik itu (egois, curiga, menang sendiri, pesimis, negative thinking.. dst) dengan cinta yang kamu miliki dan harta terbesar (anak-anak) yang kamu punya. Aku sapa isterinya: ”Jangan biarkan suamimu seorang diri membawa bahtera itu, tetapi bantulah dia dengan kekuatanmu: dukungan, doa, sapaan, senyuman, sambutan hangatmu dan pelayananmu. Sapaan untuk suami, “Berilah juga  waktu bagi  isterimu untuk mengarahkan bahtera itu dengan, “Kepercayaan, tanggungjawab, kesempatan,  dukungan, doa, kehadiranmu, dst.” Inti  terdalam kalau anda sering bersatu dan bersama dalam kegembiraan pupuklah juga sikap yang sama satu dalam masalah, satu dalam badai, satu dalam derita.

Kalau awalnya mereka datang dengan sedih, pesimis dan tetapi akhirnya mereka pulang dengan gembira dan optimis diwarnai jabat tangan mesra. Doaku untukmu…..  

Saudara-I dan teman-teman sekalian, bangunlah bahtera itu dengan saling mempercayai, arahkanlah perahu itu dengan saling mendukung. Bersatulah dalam suka, dan semakin bersatulah dalam badai kehidupan. Jangan biarkan perahu itu sarat dengan muatan yang tidak baik.  Kalau ini nyata, cahaya yang beredip-kedip itu akan terang kembali,  roda tersendat itu akan lancar kembali, rel itu akan bersatu kembali lewat kasih dan akhirnya bahtera itu akan berhasil melewati badai samudera itu. Maka jangan tergantung apakah matahari itu akan terbit esok pagi dan bulan serta bintangitu muncul di malam gelap, tetapi nyalakanlah cahayamu sendiri dan api cinta kasihmu dengan kesetiaan, keterbukaan, saling mendukung dst.  Semoga.



0 komentar:

Posting Komentar