Sabtu, 14 Januari 2012

Kapan Ayah Pulang

Beberapa tahun yang lalu aku punya masalah-aku tak sabar berangkat ke kantor pada pagi hari dan baru pulang pada saat hari sudah malam dengan perasaan enggan. Menjadi anggota kabinet terasa jauh lebih menyenangkan dibandingkan dengan pekerjaan lain yang pernah kulakukan sehingga aku tak pernah jemu.

Tidak mengherankan bahwa berbagai aspek dari kehidupanku ibaratnya mengkerut seperti kismis
kering. Aku kehilangan kontak dengan teman-teman lamaku. Aku jarang bertemu dengan istriku, bahkan lebih jarang lagi dengan kedua putraku, Adam yang waktu itu berusia 12 tahun, dan Sam 12 tahun.

Suatu sore untuk keenam kalinya secara berturut-turut, aku menelepon ke rumah untuk mengatakan kepada kedua puteraku bahwa sekali lagi aku tidak bisa pulang sebelum jam tidur mereka. Tidak apa-apa, kata Sam. Tapi bisakah ayah membangunkanku kalau Ayah sudah pulang? Pasti sudah larut malam, jawabku. Dia pasti suda tertidur lelap jauh sebelum aku tiba di rumah. Mungkin lebih baik kalau kita bertemu di pagi hari saja.

Sam mendengarkan , tapi bersikeras dengan keinginannya. Kutanya mengapa. Jawabnya, dia hanya ingin yakin bahwa aku sudah benar-benar pulang.

Sampai sekarang aku tidak bisa menjelaskan secara tepat apa yang terjadi pada saat itu, tetapi tiba-tiba saja aku sadar, dengan keputusan yang mantap, bahwa aku harus meninggalkan pekerjaanku.

ROBERT REICH
MANTAN MENTERI TENAGA KERJA AS.

0 komentar:

Posting Komentar