photo by Sonny Saban |
Pada suatu malam yang berkabut di lautan, seorang nakhoda
kapal melihat seuatu yang mirip dengan lampu sebuah kapal lain yang menuju ke
arah kapalnya. Dia menyuruh anak buah-nya menghubungi kapal itu dengan
memberikan sinyal berupa cahaya. Pesannya adalah : “Ubah haluanmu sepuluh
derajat ke selatan.”
Jawabannya
: “Ubah haluanmu sepuluh derajat ke selatan.”
Lalu, Nakhoda itu menjawab : “Aku nakhoda disini, jadi kamulah yang harus mengubah haluanmu sepuluh derajat ke selatan.”
Jawaban
: “Aku pelaut kelas satu-ubah haluanmu sepuluh derajat ke selatan.”
jawaban itu benar-benar membuat sang nakhoda murka, sehingga dia membalas sinyal itu kembali: “Aku Kapal perang-ubah haluanmu sepuluh derajat ke selatan.”
Jawaban
: “Dan aku mercu suar. Ubah haluanmu sepuluh derajat ke selatan!”
Meskipun ringan, pesan kocak ini sangat gamblang : Ukuran
kapal atau jabatan tidak ada artinya. Mercu Suar tidak bisa mengubah haluannya.
Haluannya permanen, tetap. Hanya si nakhodalah yang memiliki pilihan apakah
akan mengubah atau tidak mengubah haluannya.
Mercu suar ibarat prinsip. Prinsip tidak bisa dikotak-katik;
prinsip bersifat universal dan abadi. Prinsip tidak berubah. Prinsip tidak
memandang usia, ras, keyakinan, gender atau status. Setiap orang terkena oleh
prinsip. Seperti mercu suar, prinsip menyediakan tanda yang permanen, dan setiap orang dapat
menetapkan arah yang mereka tuju, baik ketika sedang ada badai maupun dalam
keadaan tenang, baik ketika gelap maupun terang.
0 komentar:
Posting Komentar