Minggu, 13 Maret 2011

RASANYA BARU KEMARIN

Menatap sosok anak yang berusia 5 tahun di hadapanku, membuatku takjub. Tak percaya. Waktu berjalan begitu cepatnya, dipenuhi dengan seribu satu cerita kehidupan. Rasanya masih kemarin, aku mendekapnya, menyusuinya, menggendongnya dalam gendonganku, sambil menyiapkan makanan untuk keluarga kecilku.
Rasanya baru kemarin, aku merasakan sakit melahirkan itu, baru kemarin aku menuntunnya untuk belajar berjalan, baru kemarin aku mengajarkannya beberapa kata awal dalam kehidupannya. Rasanya baru kemarin...baru kemarin yang mewakili beberapa tahun, berlalu begitu cepatnya, namun rasanya baru kemarin.
Rasanya baru kemarin, kemarin untuk mewakili waktu bertahun-tahun. Rasanya baru kemarin, aku menjadi seorang anak, pergi ke sekolah, dididik oleh orangtua. Rasanya baru kemarin, aku memberontak terhadap peraturan mama, yang begitu keras  mendidikku. Rasanya baru kemarin aku melawannya, memberontak terhadap apa yang dikatakannya, memberontak untuk mengekspresikan ketidakpuasanku, menyalurkan emosi diri yang terpenjara oleh aturan-aturan.
Rasanya baru kemarin jutaan pertanyaan tak terjawab, untuk semua ketidakpuasan seorang anak itu ada, mengendap bersama waktu, bersama tanda titik yang dipaksakan.
Satu persatu, semuanya terjawab. Alasan mengapa mama begitu keras terhadapku? Mengapa aku harus terus belajar. Mengapa aku tak boleh bergaul? Alasan yang masuk akal, namun dengan setingan pikiran yang tidak bsa dikatakan benar. Setingan pikiran yang membentuk pribadiku seperti aku apa adanya saat ini. Setingan pikiran yang membuatku harus terus membenah diriku, melawan cengkeraman konsep-konsep pemikiran yang menyiksa.
Aku berterima kasih untuk semua yang sudah terjadi dalam hidupku. Menjadi seorang mama, aku menemukan jawaban atas semua.
Dan untukmu anakku, mama berusaha untuk tidak menggunakan kekerasan ketika mendidikmu. Mama akan berusaha membantumu untuk menjadikanmu pribadi yang adalah pribadimu dan bukan bayangan orang lain. Mama akan berusaha untuk mendorongmu untuk menjadi apa yang dirimu ingin menjadi, dan bukan apa yang mama ingin dirimu menjadi.
Semoga engkau kelak anakku, akan menjadi pribadi yang sederhana, pribadi yang positif, penuh kasih, suka memberi dan tak pernah berhenti bersyukur, dan menjadikan Tuhan Yesus sebagai pedoman hidupmu. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar