Minggu, 16 Januari 2011

Apakah Allah Ada?


“Katakan kepada saya,” kata seorang ateis.
“Apakah Allah itu sungguh-sungguh ada?”
Jawab sang guru, “Jika kamu menginginkan saya sungguh-sungguh jujur saya tidak akan menjawab.”
Para murid penasaran mengapa  ia tidak menjawab?
“Karena pertanyaannya tidak dapat dijawab, “ kata sang guru.
“Jadi guru juga ateis?”
“Tentu saja tidak. Orang ateis membuat kesalahan karena menyangkal kenyataan yang tidak mungkin djelaskan.”
Setelah diam sejenak, ia menambahkan :
“Dan orang teis membuat kesalahan karena mencoba menjelaskannya.”

Cerita diatas pernah saya baca dan jadi catatan dalam diari saya tertanggal 23 April 2002.

Cerita yang singkat dan dalam artinya. Berkesan sangat buat saya. Kesalahan yang terjadi di muka bumi ini adalah kesalahan orang teis. Yakni, mencoba menjelaskan apakah Allah itu ada? Dan satu lagi pertanyaan, di rumah agama manakah Allah tinggalJ. Pentingkah semua penjelasan yang hanya bertujuan untuk membenarkan kebenaran yang sebenar-benarnya dari satu agama tertentu. Usaha menjelaskan yang tidak jarang berakhir pada cacian, hujatan dan terbesar perang agama.

Tak perlu menghujat, tak perlu merasa paling benar. Yang saya tahu saya percaya Tuhan, saya belajar untuk mengimaninya dan mempraktekkannya dalam hidup. Agama yang saya anut, menjadi media buat saya untuk menemukan kebenaran, kebaikan dalam hidup, kedamaian, dan janji setia.

Ketika dalam perjalanan hidup saya, saya menemukan bahwa agama yang saya anut adalah agama yang paling benar. Cukup saya sajalah yang tahu, dan saling menguatkan dengan saudara yang seiman dengan saya, dengan tujuan untuk memperkaya dalam kekayaan Allah.

Berusaha menjelaskan kebenaran dan meyakinkan sesama yang  tak seiman, seperti membuang garam ke laut.  Melelahkan, menyedihkan, menyakitkan hati.
Biarlah kebenaran yang telah kita dapatkan terus tumbuh dalam hati kita. Mengimaninya, terus memupuknya, menindaklanjutinya dalam perbuatan hingga berbuahkan kebaikan, kedamaian dan juga cinta kasih.

Dalam ada yang tiada, dalam terang yang samar, dalam gelap yang kelabu, dalam ruang tak berbatas, dalam waktu  tak terentang, dalam rupa yang cantik, dalam rupa yang buruk, dalam tubuh yang sehat, tubuh yang sakit, dalam kebersamaan, dalam jarak,  dalam koordinat 0,0, dalam penjelasan yang tak lagi jelas maknanya, “Allah ada.”

Bagaimanakah menjelaskannya bahwa Allah ada....? owh tidak saya mulai membuat kesalahan seorang teis....:).

Tapi sungguh Allah ada....”Allah ada dan hanya sejauh doa.” 

0 komentar:

Posting Komentar