Sabtu, 21 Mei 2011

KOTORAN DI KARPET

                
Ia adalah seorang Ibu rumah tangga yang amat menjaga kebersihan rumah mereka. Di tengah sifatnya yang selalu menjaga kebersihan rumah tangga itu, hal yang paling ia benci dan alergi adalah ketika karpet di rumah mereka kotor. Amarahnya bisa meledak berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak sepatu di atas karpet. Sayangnya,ibu itu kurang menyadari bahwa di rumahnya ada empat  anak laki-laki sehingga hal ini mudah sekali terjadi.

Atas saran keluarganya, ia pergi bertemu psikolog untuk berkonsultasi tentang maslaahnya itu. Setelah mendengar cerita sang ibu dengan penuh perhatian, sang psikolog tersenyum dan berkata kepada ibu itu, “Tolong Ibu menutup mata, dan bayangkan apa yang akansaya katakan!” ibu itu mengikutinya, Ia menutup matanya.

“Bayangkan rumah Ibu yang rapi! Karpet di rumah Ibu bersih indah, tidak ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu. Bagaimana perasaan Ibu?” tanya sang psikolog. Sambil tetap menutup mata, senyum merekah di wajah ibu itu. Mukanya yang murung berubah cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang dilihatnya.
Sang Psikolog melanjutkan, “Itu artinya tidak ada seorang pun di rumah Ibu. Tidak ada suami, tidak ada anak-anak, tidak terdenngar gurau canda dan tawa ceria mereka. Rumah Ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang Ibu kasihi.” Seketika wajah ibu itu berubah keruh. Senyumnya langsung menghilang. Napasnya mengandung isak. Perasaanya terguncang. Pikirannya langsung cemas membayangkan apa yang tengah terjadi pada suami dan anak-anaknya.

“Sekarang, tolong lihat kembali karpet itu,Bu! Ibu melihat jejak sepatu dan kotoran disana. Itu berarti suami dan anak-anak Ibu ada di rumah. Orang-orang yang Ibu cintai ada bersama Ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati Ibu.” ibu itu mulai tersenyum kembali. Ia merasa nyaman dengan bayangan itu.
“Sekarang bukalah mata Ibu!” pinta sang psikolog. Ibu itu membuka matanya. “Bagaimana, apakah karpet kotor masih menjadi masalah buat Ibu?” tanyanya. Ibu itu tersen yum dan menggelengkan kepalanya. “Aku tahu maksud Anda,” ujar sang ibu, “jika kita melihat dengan sudut yang tepat maka hal yang negatif dapat dilihat secara positif.”

Sejak saat itu sang ibu tak pernah lagi mengeluh soal karpetnya yang kotor. Setiap kali melihat jejak sepatu disana, ia tahu, keluarga yang dikasih ada di rumah. 

0 komentar:

Posting Komentar