Kamis, 19 Mei 2011

PELAJARAN DARI JOGGING

Jalanan itu begitu enteng kulalui, mulus, ,menurun tanpa kerikil. Bahkan aku sanggup berlari. Tak perlu ada usaha ekstra keras bagi otot-otot kaki dan tanganku. Begitu santai tanpa tekanan.

Di belahan bumi ini tak ada bagiannya yang tak rata. Ada jalanan menurun, ada juga jalan mendaki. Aku merasakan sakit pada betisku, otot-otot betisku bekerja rodi mengalahkan jalanan yang mendaki. Peluh membasahi seluruh wajah dan badan, seakan menyuarakan keluhan sang betis yang hampir kehilangan napas. Mengikuti rasa sakit sang betis untuk berhenti, malah akan akan semakin membetot otot-ototku. Tak ada jalan lain selain merodikan kedua betisku dengan rela.

Tak ada waktu untuk berhenti. Dakian itu terasa jauuuuuuh sekali, tapi harus kudaki. Pelan, perlahan, tapi tak sampai berkecepatan nol. Setiap dakian yang terlewati, menandakan semakin dekat jarak dakian. Maka meski tertatih-tatih terus kudaki dan akhirnya, jalanan rata tak menurun atau mendaki aku capai.
Jalanan rata, menurun, mendaki ibarat hidup kita. Jalanan menurun seumpama hidup lagi tak dalam masalah. Dengan mudahnya kita bisa mencapai semua impian, target dan juga cita-cita kita, tidak dengan berjalan bahkan dengan berlari pun bisa terlaksana.

Jalanan mendaki, ibarat hidup kita yang  dipenuhi hambatan, tantangan, kemelut, kegagalan. Ingin berhenti saja menyerah pada keadaan, layaknya tubuh tanpa nafas. Apakah harus seperti itu. Jalan yang mendaki, jalan hidup yang dipenuhi masalah,hambatan, apa harus menghentikan langkah kaki kita? Siapapun tak dapat menggantikan kaki kita untuk berjalan. Akan ada bantuan dari luar diri kita, tapi kitalah yang memegang kendali atas hidup. Apakah akan terus menerima bantuan itu, atau mulai berjalan  dan mengatasi masalah.

Jalanan nan rata, bagiku bagaikan hidup sedang mengalami tegangan permukaan sama dengan nol. Tak terusik masalah, tak diburu target. Saatnya mempersiapkan diri menghadapi masalah berikutnya. Agar lebih matang dan mantap juga siap.

Aku belajar satu hal dari keadaan-keadaan jalan yang kulalui sepekan terakhir setiap paginya. Apakah jalanan itu, menurun, mendaki, atau rata, aku akan tetap sampai di rumah dalam keadaan selamat jika aku menginginkannya, jika aku tidak menyerah dan berhenti.

0 komentar:

Posting Komentar